Senin, 22 November 2010

CERPEN : Makna Dibalik Senyuman

Seluruh siswa sedang berbaris untuk mengikuti upacara kenaikan kelas, disalah satu siswa disana ada seorang gadis manis yang selalu memamerkan senyum cerianya kepada semua orang. Ketika itu terdengar pengumuman hasil ujian kenaikan kelas dan siapa yang menjadi juara umum pada saat itu, semua orang disana dengan penuh harap menatap gadis manis itu. “ Pasti kamu juaranya, Sye?” kata Rida dengan mantapnya kepada gadis manis itu yang tidak lain adalah aku sendiri.Dari bunyi pengeras suara, terdengar namaku sedang di panggil untuk menerima hadiah juara umum dan kemudian aku melangkah maju kedepan untuk menyampaikan sambutan singkat. Ya, itu sudah pernah kulakukan sekali. Pertama saat aku menjadi juara umum pada semester satu saat kelas satu dan untuk kedua kalinya aku kembali melakukannya. Dengan tersenyum ceria, aku menerima piala sambil bersalaman dengan Kepala Sekolah. Di depan mimbar, aku hanya berkata bahwa aku senang sekali dan akan terus mempertahankan prestasi ini. Setelah itu terdengar tepukan tangan yang riuh dari seluruh siswa. “ Sepertinya orang tua kamu tidak hadir lagi?” kata Bu Risa wali kelasku, ketika aku selesai menyampaikan sambutanku. Saat mendengar hal itu, aku tiba-tiba terdiam sejenak namun reaksiku..“ Mereka sedang sibuk, ya mau gimana lagi..” kataku pelan sambil tersenyum ceria kepada Bu Risa, reaksinya benar-benar heran saat melihat tingkahku yang biasa saja karena untuk kedua kalinya orang tuaku tidak hadir saat upacara seperti ini. Mungkin Bu Risa menyangka kalau aku akan kecewa karena tidak ada satu anggota keluargaku pun yang hadir dalam upacara seperti ini, mungkin inilah nasib seorang anak tunggal.  Aku memang kecewa, tapi aku tidak bisa memperlihatkan perasaanku seperti ini kepada semua orang. Aku harus kuat, harus tegar, dan aku pasti bisa untuk menghadapi semua ini . Walau sepi, aku tidak boleh egois karena kesibukan orang tuaku itu juga baik untuk masa depanku. Mereka yang dengan susah payah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupku dan membahagiakan aku dengan materi yang berlimpah tapi walaupun begitu aku masih tidak bahagia. Mungkin kehangatan sebuah keluarga mampu mengalahkan materi yang berlimpah banyak. Walau hidup miskin sekalipun tapi apabila ada sebuah kehangatan keluarga disana, pasti hidup ini terasa bahagia sekali. Dirumah yang begitu besar dan luas, ku lihat kedua orang tuaku sedang duduk santai sambil menonton televisi.” Ayah, Ibu? Aku juara umum lagi..” beritahuku dengan semangatnya sambil memperlihatkan isi rapotku kepada mereka.            Tapi tanggapan mereka, “ Ya, pertahankan prestasi kamu.” Kata ayahku dengan pelannya tanpa tatapannya tak beralih dari layar televisi. Sedangkan ibuku hanya berkata,” Baguslah kalau begitu.” Mereka berdua sama sekali tidak melihat isi rapotku, hanya memberi tanggapan yang biasa saja. Untuk kedua kalinya aku tidak diperhatikan lagi.             “ Baiklah.” Sahutku sambil tersenyum ceria dan langsung pergi dari hadapan mereka lalu masuk kedalam kamarku. Ku kunci kamarku, ku lemparkan rapot yang ku bawa tadi keatas kasurku dan aku lalu terdiam sejenak mengingat kembali kejadian tadi yang membuatku tak bisa lagi menahan air mataku yang begitu deras mengalir keluar membasahi pipiku. Untuk kedua kalinya, aku menangis seperti ini.  Aku memang tidak bisa membohongi perasaanku yang sebenarnya bahwa aku sangat membutuhkan kehangatan sebuah keluarga, ingin diperhatikan dan diberikan kasih sayang dari orang tuaku sendiri. Mengapa tidak bisa?Setelah upacara kenaikan kelas dan liburan sekolah selama dua minggu, tibalah hari pertama sekolah dengan ajaran tahun yang baru. Sekarang aku sudah menduduki kelas sebelas dengan jurusan IPA.“ Hai, Sye? Kita sekelas lagi..” sapa Rida, teman akrabku saat kelas sepuluh. Meski kami berdua berasal dari sekolah yang berbeda tapi ketika berkenalan dan menjadi teman sekelas, kami menjadi akrab. “ Iya, aku senang..” tanggapku sambil tersenyum ceria.  “ Dengar- dengar, kelas kita bakal kedatangan murid pindahan dari Jakarta!” beritahu Rida ketika ia meletakkan tasnya di atas meja yang ada disampingku.Dari Jakarta? Seperti apa ya orangnya? Hatiku bertanya-tanya penasaran. Aku tinggal di Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah yaitu Kota Palangkaraya dan bersekolah di SMAN-1 Palangkaraya. Wajar saja ada murid pindahan dari Jakarta bersekolah di SMAN-1 Palangkaraya, karena sekolahannya selain mempunyai prestasi yang baik dan membanggakan juga memiliki sarana dan prasarana yang lengkap.Bunyi bel masuk terdengar, semua siswa disana dengan segera masuk kedalam kelas mereka masing-masing untuk menunggu guru yang akan mengajar mereka. Walau guru yang mengajar tidak hadir tetap semua siswa disana tidak boleh keluar kelas, apabila jam kosong mereka lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan daripada ribut di dalam kelas.Sedangkan keadaan dikelasku, guru yang mengajar sudah datang dan memulai pelajarannya tanpa ada  basa-basi mengobrol santai dengan kami. Kami hanya diam dan menyimak apa yang di ajarkannya. Tak lama terdengar ketukan pintu dari luar kelas kami, mendengar bunyi ketukan pintu itu kami semua didalam kelas menghentikan aktivitas dan mengalihkan pandangan kearah luar kelas.“ Maaf mengganggu, saya ingin memperkenalkan murid pindahan yang akan masuk kedalam kelas ini. Bisa minta waktunya sebentar?” kata Bu Risa dengan sopannya, guru yang mengajar itu lalu mempersilakannya.Lalu masuklah Bu Risa dan disusul dengan seorang gadis di belakangnya, kulitnya berwarna putih, rambutnya panjang dan lurus. Saat ia berbalik menghadap kami semua, betapa cantik paras wajahnya. Tak ada cacat sama sekali dengan dirinya, bagaikan bertemu bidadari cantik yang turun dari khayangan.“ Baiklah, hari ini kalian kedatangan murid pindahan dari Jakarta. Perkenalkan dirimu?” ucap Bu Risa mempersilakan perempuan itu untuk memperkenalkan dirinya kepada kami semua. Dengan rasa penasaran, kami semua menyiapkan diri untuk mendengarkan perkenalan dari gadis itu dengan menatapnya dengan tatapan serius.“ Selamat pagi, namaku Indah Jelita. Senang bertemu dengan kalian dan mohon bantuannya!” tak lupa ia memberikan senyuman indahnya kepada kami semua. Perkenalannya begitu singkat namun membuat kami semua terdiam sejenak, mungkin agak heran dengan nama lengkapnya yaitu Indah Jelita tapi nama itu sangat menggambarkan dirinya.“ Ya sudah, sampai disini dulu perkenalanannya. Dilanjutkan saat jam istirahat saja. Baiklah Indah, kamu duduk disana yang ada bangku kosongnya. Kalau begitu saya permisi keluar?” pamit Bu Risa lalu berjalan keluar kelas, sementara Indah berjalan kearah bangku yang kosong dan duduk disana. Pelajaran lalu dilanjutkan seperti biasa.Saat jam istirahat, aku memilih untuk pergi ke perpustakaan karena disanalah tempat yang ku sukai dibandingkan dengan pergi ke kantin atau berdiam diri di dalam kelas. Aku menyukai perpustakaan, mungkin suasananya yang tenang dan banyak berbagai buku-buku yang dapat membuat kita tahu segalanya. Ku lihat ada Indah disana tapi ia berjalan ketempat yang agak sunyi dan tertutup, aku begitu penasaran dengan gerak-geriknya yang mencurigakan. Aku lalu mengikutinya dan melihat sesuatu yang mengagetkanku bahwa Indah yang ku kira adalah gadis baik-baik nyatanya tidak baik sama sekali. Ia sedang merokok disana!“ Apa yang kamu lakukan?” kataku dengan nada tinggi dan berjalan mendekat kearahnya berdiri, Indah lalu melirikku karena saat aku berkata pandangannya kearah luar jendela.Dihembuskannya asap rokok ke wajahku,” lagi merokok, mau?” tawarnya lalu memberikan seputung rokok dari kantong baju seragamnya. Refleks, aku langsung membuang putung rokok yang ditawarnya. Aku benar-benar marah dengan tingkahnya yang menyebalkan lagipula aku tidak suka dengan orang yang merokok.” Kenapa? Marah? Mau ngadu sama guru?” sambungnya dengan nada sombong lalu diisapnya kembali rokoknya dan dihembuskannya asap rokok yang keluar dari mulutnya.Mendengar itu aku lalu pergi dari hadapannya, berjalan keluar dari perpustakaan menuju ke dalam kelas. Ternyata disana sedang berlangsungnya pemilihan pengurus kelas, aku lalu duduk sambil melihat ke arah papan tulis. Mataku terpaku saat melihat bahwa aku juga dicalonkan menjadi ketua kelas?? “ Kok aku juga dicalonkan?” “ Ya, bolehkan kalau kamu menjadi ketua kelas.” Kata Rida sambil tersenyum penuh arti menatapku, aku pun membalas senyumannya walau sebenarnya aku sama sekali tidak berminat untuk menjadi ketua kelas. Semoga saja aku tidak terpilih harapku dalam hati.Saat pengambilan suara, ternyata jumlah suara yang memilihku sangat banyak dan membuatku mau tidak mau menjadi ketua kelas. Lalu datang Indah sambil tersenyum saat masuk kedalam kelas, mata kami berdua saling bertemu tapi aku langsung mengalihkan pandanganku. Melihatnya saja sudah membuatku kesal, aku tidak ingin berurusan dengannya.##Kenyataannya aku harus berurusan dengan Indah, karena ia murid baru aku sebagai ketua kelas harus memperkenalkan seluk-beluk sekolah ini dan membantunya untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah.Untuk kesekian kalinya aku melihat Indah merokok diperpustakaan, sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk membuang rokok yang sedang diisapnya keluar jendela.“ Merokok itu tidak baik untuk kesehatan, kamu itu perempuan.” Kataku dengan nada jutek, ia malah tersenyum geli lalu mengeluarkan seputung rokok dari kantong baju seragamnya. Aku lalu membuang rokok itu lagi.“ Mau mu apa?” tanya Indah yang kelihatannya sudah mulai kesal dengan tingkahku, tapi aku malah pergi dari hadapannya. Untuk kedua kalinya aku seperti ini, selalu pergi ketika Indah sudah mulai berbicara. Ada apa ini? Aku tidak tahu.Suatu hari aku disuruh untuk memberikan buku-buku panduan belajar dari sekolah untuk Indah dan membuatku harus datang kerumahnya dengan alasan aku sebagai ketua kelas. Menjadi ketua kelas memang menyusahkan sekali gerutuku kesal.Sampailah aku di depan sebuah rumah yang lumayan besar namun tidak bertingkat tapi aku terpaku diam saat menatap halaman depan rumah itu sangat indah sekali karena disana banyak tanaman bunga memiliki jenis dan warna yang beragam. Apa benar ini rumah Indah? pikirku tak percaya. Gadis yang suka merokok tinggalnya ditempat seperti ini?Aku lalu mengetuk pintu rumah itu, tak lama pintu terbuka. Nampaklah seorang wanita yang cantik dan keibuaan dari balik pintu, ia tersenyum melihatku.“ Cari siapa?” tanya wanita itu dengan nada lembutnya, aku sempat melamun sebentar bahwa apakah dia ibunya Indah? Masa iya? Tapi garis wajah mereka berdua sangat mirip pikirku lagi merasa heran.“ In.. ini apa benar rumah Indah?” tanyaku pelan.“ Iya, tumben ada teman Indah datang kesini. Tunggu sebentar ya, tante panggil Indahnya dulu. Ayo masuk..” ajaknya dengan lembut.Aku lalu masuk kedalam rumah itu dan duduk di ruang tamu, mataku melihat sebuah bingkai foto yang besar terpajang di dinding ruang tamu disana isinya sebuah keluarga yang sangat bahagia dan semuanya tersenyum ceria. Di dalam foto itu ada seorang wanita yang ku temui tadi, Indah dan seorang laki-laki mungkin itu ayah Indah. Harmonis sekali keluarga Indah tak seperti keluargaku umpatku dalam hati.“ Ada apa?” sapa Indah dari belakangku membuatku sempat kaget akibat sapaannya, aku lalu memberikan buku-buku panduan tersebut.” Apaan nih?” “ Buku.”“ Ya, buku apa?”“ Baca saja sendiri. Sudah sore, aku pamit pulang.” Pamitku hendak pergi tapi Indah mencegatku dengan menghalangiku berjalan.“ Apa kamu membenciku? Apa kita tidak bisa berteman?”Ku lihat matanya sangat mengharapkan jawaban dariku. Kata-katanya sangat menyentuh hatiku, aku terdiam sejenak dan akhirnya memutuskan untuk pergi dari hadapannya saat itu juga. Kejadian itu membuatku berpikir kembali sebenarnya aku ini kenapa? Apa salah Indah sehingga membuatku begitu kesal? Tapi mengapa Indah mempunyai perilaku buruk sedangkan latar belakang keluarganya cukup baik, apa mungkin Indah punya masalah sehingga ia bisa merokok? Aku ingin tahu.##Ku temui Indah sedang merokok di perpustakaan, itulah kegiatannya saat jam istirahat berlangsung.“ Untuk apa kamu kesini? Mau membuang rokokku?”“ Mengapa kamu merokok?”“ Karena suka.”“ Kamu tahu merokok itu tidak baik untuk kesehatan?”“ Iya.”“ Mengapa kamu tetap merokok?”“ Karena suka.”“ Apa yang sebenarnya terjadi?”Kulihat ekspresi Indah langsung berubah menjadi sedih, tanpa sengaja aku langsung memeluknya. Tak lama Indah menangis sedih, air matanya begitu deras mengalir sampai baju seragamku menjadi basah. Apa yang terjadi? Tapi yang kurasakan bahwa tangisannya sama seperti tangisanku ketika aku sedang kesepian.Semenjak kejadian itu, entah kenapa aku jadi akrab dengan Indah. Dan baru ku tahu kalau keluarga Indah sebenarnya tidak harmonis, walaupun keluarganya sangat perhatian dengan Indah namun kedua orangtuanya mempunyai kebiasaan buruk yang menyimpang yaitu selingkuh. Ibunya Indah senang dengan pemuda tampan yang masih muda sedangkan Ayahnya Indah juga senang dengan gadis cantik yang masih muda. Itulah mengapa ia seperti itu.“ Kamu juga ada masalah kan, Sye?”“ Maksudmu?” tanyaku heran, kok dia bisa tahu kalau aku punya masalah juga tapi kan belum ada satu orang pun yang tahu karena aku bisa menutupinya dengan senyuman ceriaku.“ Aku bisa merasakannya, senyumanmu itu begitu palsu karena kedua orangtuaku juga memperlihatkan senyuman yang seperti itu. Senyuman yang menganggap tidak ada suatu masalah namun sebenarnya ada.”Aku pun tak bisa mengelak lagi dan akhirnya akun menceritakan semuanya kepada Indah, baru kali ini aku mencurahkan semua isi perasaanku kepada seseorang. Rasanya beban dalam hatiku menjadi terasa lebih ringan.“ Tapi aku bangga sama kamu, karena walaupun keadaan keluarga kamu seperti itu tapi kamu tetap bisa menjadi anak yang baik dan berprestasi. Sedangkan aku malah gara-gara mereka, aku sampai kecanduan merokok.”“ Kok bisa?”“ Ya, bisa. Aku kan dulu tinggal di Jakarta, tahu kan kehidupan remaja disana kalau keluarganya bermasalah. Pasti remaja itu terjerumus ke hal-hal yang negatif, seperti aku ini yang kecanduan merokok.”“ Kamu harus bisa berhenti merokok?”“ Aku juga sedang usaha.”Dikantin, kebetulan tadi pagi aku tidak sarapan jadi saat jam istirahat aku pergi kekantin karena lapar. Kulihat ada Rida disana lalu aku berjalan kearah tempat duduknya.“ Hai, tumben kekantin biasanya ke perpustakaan?” tanya Rida pelan.“ Habisnya aku lapar tadi dirumah tidak sempat sarapan.”“ Kamu akrab sama Indah ya? Hati-hati ya Sye, kudengar dari anak-anak Indah itu anak yang nakal. Ada yang pernah melihat Indah merokok..” mendengar itu aku hanya diam saja, aku juga pernah melihatnya bahkan sering sekali tapi itu sudah biasa buatku.” Sayang, cantik-cantik tapi merokok. Namanya saja Indah tapi kelakuaannya tidak seindah namanya..” sambungnya lagi.Aku masih diam pura-pura tidak tahu dengan ceritanya Rida tentang Indah, memang Indah begitu tapi dia baik kok. Hanya saja dia terjerumus karena salah pergaulan sehingga menyebabkan dirinya seperti itu. Untung aku tidak salah pergaulan jadi aku masih menjadi anak yang baik dan berprestasi tanpa ada seorang pun yang tahu bahwa aku mempunyai masalah dalam keluargaku.Pagi yang indah menjelma, sinar mentari yang membawa cahaya kehangatan datang menyapa. Menemani nyanyian burung-burung yang riang di dahan-dahan pohon. Aku terbangun dari tidurku yang lelap, ku lihat kedua orang tuaku sedang duduk di tepi tempat tidurku.“ Ada apa?” tanyaku pelan“ Kami akan bercerai.” Kata mereka sambil menatapku dengan sendunya, mendengar itu aku langsung kaget dan masih belum percaya.“ Pagi-pagi kok sudah bercanda.” Gurauku tak percaya.“ Besok sidang perceraiannya Syera, kamu mau ikut siapa? Ibu atau Ayah kamu?” kata Ibuku lagi, ia menatapku penuh harap supaya aku ikut dengannya. Kulihat tatapan Ayahku yang biasa saja, tidak ada keinginannya untuk aku ikut dengannya.Aku terdiam sejenak lalu berkata dengan kasarnya,” Kalian JAHAT!!” aku lalu berlari pergi keluar dari hadapan mereka. Mengapa mereka seenaknya menyampaikan suatu hal yang seperti itu kepadaku. Untuk pertama kalinya aku memberontak, aku menunjukkan segala isi perasaanku. Aku tidak lagi menutupinya dengan senyum ceriaku yang membuat semua orang mengira hidupku selalu bahagia.Aku teringat akan Indah, lalu aku pergi ke rumahnya. Ku ketuk pintu rumahnya lalu nampaklah Indah dari balik pintu dan langsung ku peluk dirinya dengan erat.“ Ada apa, Sye?”“ Orangtuaku mau bercerai, aku benar-benar sedih.” Isakan tangis ku semakin keras dan air mataku begitu deras mengalir membasahi pipiku. Indah dengan lembutnya mengelus rambutku ketika aku memeluknya, tak lama aku berhenti menangis dan tertidur lelap mungkin karena lelah menangis. Saat aku terbangun, kurasakan ada yang mengikat lengan kananku dengan kencangnya. Kulihat Indah sedang memegang sebuah jarum suntik.“ Untuk apa jarum suntik itu?” tanyaku heran.“ Untuk menghilangkan kesedihanmu, Sye.” Jawab Indah dengan ekspresi tersenyum manis kepadaku. Jarum suntik? Tali yang diikatkan pada lengan? Indah mau menjerumuskanku dalam narkoba.“ Aku tidak mau, kamu sudah gila. Aku tidak akan menggunakan barang haram itu.” Bentakku nyaring.“ Sye, aku mohon pakailah ini. Kesedihanmu akan hilang, aku sudah mencobanya. Ini tidak berbahaya malah ini menyenangkan.” Rayu Indah sambil menatapku dengan penuh harap bahwa aku akan menyetujui perbuatannya, ia mendekatiku dan memegang lenganku yang diikatnya.Aku lalu memberontak sehingga Indah tidak memegangku lagi dan aku langsung menjauh darinya karena aku takut sekali. Dia bukan Indah yang ku kenal.” Setelah berhenti merokok kamu malah memakai narkoba, maksudnya apa?”Indah lalu tersenyum geli,” Aku memang seperti itu, suka merokok dan memakai narkoba. Anggap saja aku anak nakal yang akan menjerumuskanmu.”Mendengar itu aku langsung teringat akan perkataan dari Rida dan aku merasa bersalah karena tidak terlalu menanggapi perkataannya. Aku hendak pergi dari hadapan Indah tapi ia menyergapku dan hendak menusukkan jarum suntik itu kelenganku tapi aku tidak tinggal diam. Dengan sekuat tenaga aku berusaha memberontak agar jarum suntik itu tidak menusuk kelenganku. Dan akhirnya jarum suntik itu menusuk kelengannya Indah, aku lalu menjauh darinya. Kulihat reaksi Indah setelah menerima tusukan itu tiba-tiba ia berkeringat dingin, seluruh tubuhnya bergetar, dan wajahnya menjadi sangat pucat, seperti tingkah orang yang sedang kedinginan.“ Sye, to….lo….ng..” kata Indah dengan terbata-bata, saat itu aku segera mencari telepon rumah untuk memanggilkan ambulans.Sementara menunggu ambulans, aku mencari minuman susu di dapur dalam rumahnya. Agak lama aku menemukannya karena tempatnya yang agak tertutup, waktu ku temui Indah kembali. Disana  ia sudah tergeletak diam dan dimulutnya keluar busa putih.“ INDAH!!” teriakku kaget.Mobil ambulans datang lalu mengangkat tubuh Indah yang sudah tak bernyawa lagi, kedua orangtuanya saat mengetahui keadaan Indah merasa sangat sedih sekali sedangkan aku hanya bisa diam. Tanpa ada berkata suatu apapun.Akhirnya orang tuaku resmi bercerai dan aku memilih tinggal bersama Ibuku, meski sedih aku harus tetap bisa menghadapi kenyataan ini. Apabila aku seperti Indah maka akhir kehidupanku akan seperti Indah yang mati dengan cara mengenaskan pada usia muda, tapi aku tidak seperti Indah. Aku mampu menghadapi kehidupanku dengan pikiran positif dan melakukan hal-hal yang positif juga pergaulanku yang baik.Aku menjalani hidupku seperti biasanya tapi setelah perceraian orang tuaku, ternyata mereka lebih memperhatikanku dan memberikan kasih sayangnya kepadaku terutama ibuku yang tinggal bersamaku. Ia sangat menyayangiku makanya ia berusaha bekerja keras untuk membahagiakanku.Tiba saatnya upacara pergantian semester, aku masih berdiri di dalam barisan sambil tersenyum ceria kepada semua orang. Setelah mendengar kata sambutan dari Kepala Sekolah, lalu pengumuman juara umum semester satu.“ Siswa yang mendapatkan juara umum bernama Asyera Dewina kelas XI IPA 2.”Semua orang disana bertepuk tangan dengan riuhnya, aku lalu berjalan maju kedepan untuk menyampaikan sambutan singkat.“ Aku sangat senang karena masih dapat mempertahankan prestasi ini, juga aku sangat senang karena untuk pertama kalinya orang tuaku menghadiri upacara ini. Terima kasih semuanya, aku sangat senang.” Ucapku yang kemudian tanpa sengaja meneteskan air mata kebahagiaan, setelah itu terdengar tepukan tangan yang riuh dari seluruh siswa disana. Sambil menghapus air mataku dengan tissu lalu kembali tersenyum ceria, aku menerima piala sambil bersalaman dengan Kepala Sekolah.   “ Akhirnya orang tua kamu hadir juga.” kata Bu Risa sambil tersenyum, ketika aku selesai menyampaikan sambutanku.  “ Iya, akhirnya…” sahutku pelan lalu dengan perasaan senang ku temui kedua orang tuaku yang sudah menungguku.


cerpen ini dikutip dari: http://cerpen.net/cerpen-remaja/makna-dibalik-senyuman.html